Sabtu, 31 Desember 2016

Pentingnya Keseimbangan Antara Pendidikan Akademis dengan Non Akademis


Pentingnya Keseimbangan Antara Pendidikan Akademis dengan Non Akademis
Akademik adalah seluruh lembaga pendidikan yang bersifat akademis. Artinya bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa arti praktis yg langsung. Akademik ini bersifat formal baik pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan maupun perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni tertentu.
Sedangkan kegiatan non akademik di sekolah biasa disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler. Yakni kegiatan diluar materi pelajaran wajib sekolah. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Jika minat kita dalam olahraga sekuat minat di bidang akademik, berarti kita harus rela kehilangan menonton TV dan hal-hal lain sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas rumah. Sementara kegiatan ekstra kurikuler tidak benar-benar wajib, mereka pasti memainkan peran penting dalam pendidikan, melengkapi apa yang kita pelajari di kelas. Salah satu cara terbaik untuk menjaga diri termotivasi untuk menyeimbangkan keduanya adalah menghadiahi diri sendiri.
Berikut adalah beberapa poin pertanyaan untuk membuat prioritas:
  • Berapa jam yang diperlukan untuk belajar (baik di sekolah maupun di rumah)?
  • Dapatkah mengejar ketinggalan di kelas jika kita melakukan non akademis?
  • Apakah memiliki waktu luang yang cukup untuk berpartisipasi dalam kegiatan lain (non akademis)?
  • Apa saja kegiatan yang benar-benar penting?
Dari situ kita dapat memprioritaskan kepentingan diri sendiri dan mengarahkan hidup kearah yang benar, sehingga tidak hanya mendapatkan pendidikan akademis saja tetapi juga mengembangkan keterampilan profesional melalui ekstrakulikuler tadi dan bertemu orang baru.
Hanya mengutamakan capaian nilai prestasi akademik di sekolah dan mengabaikan prestasi non-akademik merupakan kekeliruan pelaksanaan pendidikan. Tidak semua peserta didik memiliki keunggulan akademis karena ada juga yang justru menonjol di bidang seni dan olahraga. Maka dari itu bagi peserta didik yang juga memiliki potensi dibidang non akademik seharusnya bisa membagi waktu antara belajar didalam kelas dengan belajar diluar kelas sehingga tidak terabaikan salah satunya. Duanya duanya sangat penting karena belajar didalam kelas untuk menambah pengetahuannya sedangkan belajar diluar kelas atau biasa kita sebut ekstra kulikuler merupakn cara anak untuk mengembangkan potensi dirinya dan juga melatih peserta didik untuk berintraksi denagn orang lain.


 Pentingnya pramuka dijadikan ekstra kulikuler disekolah
Kedudukan kegiatan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang secara sistematis yang relevan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan karena pramuka sudah ada dalam UU No. 12 Tahun 2010 yaitu tentang Gerakan Pramuka. Seluruh aktivitas didedikasikan pada peningkatan kompetensi peserta didik. Penyelenggaraan kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi peserta didik.
Secara konsepsional Kurikulum 2013 memiliki landasan filosofis, teoritis yang mengikat struktur kurikulum yang komprehensif untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi meliputi; sikap (spiritual dan sosial), kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Setiap proses pendidikan di sekolah, termasuk penyelenggaraan ekstra kurikuler di sekolah, hendaknya diarahkan untuk mengembangkan kapasitas ketiga dimensi tersebut.
Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib di Sekolah, sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013, memerlukan Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan yang mengacu pada Peraturan Menteri No.81A tahun 2013 tetapi ditindaklanjuti dengan adanya SKB Mendikinas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaannya.
  1. Sistem Blok
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dengan menerapkan sistem blok adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada awal peserta didik masuk di satuan pendidikan. Sistem blok ini dilakukan dengan alokasi waktu 36 jam pelajaran karena sifatnya baru pengenalan. Sistem blok ini merupakan “Training Orientasi Kepramukaan bagi peserta didik” sesuai tingkatan dan usianya.
Sistem penyelenggaraan pendidikan kepramukaan sistem blok dilakukan dengan menggunakan modul, sehingga setiap pendidik dapat mengajarkan pendidikan kepramukaan. Pendidik yang menyampaikan materi pada sistem ini, sekurang-kurangnya telah mengikuti Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler sistem blok adalah:
a. Pengenalan pendidikan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang kepada seluruh peserta didik pada awal masuk lembaga pendidikan.
b.   Meningkatkan kompetensi (sikap dan keterampilan) peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui:
         Aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia Siaga,
         Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma khususnya Darma ke-1 dan Darma ke-2 bagi peserta didik usia Penggalang dan Penegak.
  1. Sistem Aktualisasi
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dengan menerapkan sistem Aktualisasi adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar kepramukaan.
Sistem penyelenggaraan pendidikan kepramukaan sistem Aktualisasi dilakukan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan. Oleh karena itu pendidik harus terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan untuk dapat diaktualisasikan dalam kegiatan pendidikan kepramukaan. Pendidik yang menyampaikan materi pada sistem ini, sekurang-kurangnya telah mengikuti Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Aktivitas Sistem Aktualisasi :
a.    Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
b.    Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.
c.    Kegiatan sistem Aktualisasi merupakan kegiatan Latihan Ekstrakurikuler Pramuka.
d.    Pembina kegiatan dilakukan oleh Guru Kelas /Guru Matapelajaran selaku Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka)
3. Sistem Reguler
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dengan menerapkan sistem reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang ada di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara utuh. Oleh karena itu apabila satuan pendidikan memilih sistem reguler dan belum memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu menyiapkan sistem pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep.
Aktivitas Sistem Reguler:
a.    Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik
b.    Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran.
c.    Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
d.    Sepenuhnya dikelola oleh Gugus Depan Pramuka pada satuan atau gugus satuan pendidikan.
e.    Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Matapelajaran selaku Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler sistem reguler adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki minat dan ketertarikan sebagai anggota pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia Penggalang dan Penegak.

Fungsi Kegiatan Pramuka
Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, lampiran III dijelaskan bahwa fungsi kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir yaitu.
1.   Fungsi pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
2.   Fungsi sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3.   Fungsi rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.
4.   Fungsi persiapan karir, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.

Internalisasi Nilai-nilai Karakter
Beberapa strategi yang dapat lakukan untuk membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstra kurikuler pramuka adalah sebagai berikut:
1. Intervensi
Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing ekstrakurikuler pramuka terhadap peserta didik. Jika intervensi ini dapat dilakukan secara terus menerus, maka lama kelamaan karakter yang diintervensikan akan terpatri dan mengkristal pada diri peserta didik.
2. Pemberian Keteladanan
Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model bagi peserta didik. Apa saja yang mereka lakukan, banyak yang ditiru dengan serta merta oleh peserta didik. Oleh karena itu, berbagai karakter positif yang mereka miliki, sangat bagus jika ditampakkan kepada peserta didik dengan maksud agar mereka mau meniru atau mencontohnya. Karakter disiplin yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan ekstra kurikuler pramuka ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir tepat waktu saat latihan/kegiatan ekstra kurikuler pramuka, mentaati waktu dan jadwal latihan yang disepakati. Dengan contoh konkret yang diberikan secara terus menerus, dan kemudian ditiru secara terus menerus, akan membentuk karakter disiplin peserta didik. 
  1. Habituasi/Pembiasaan
Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik: “Hati-hati dengan kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu”. Ini berarti bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal menjadi karakter. 
   4. Mentoring/pendampingan
Pendampingan adalah suatu fasilitasi yang diberikan oleh pendamping kegiatan ekstra kurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh peserta didik, agar karakter positif yang sudah disemaikan, dicangkokkan dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan oleh peserta didik. Dalam proses pendampingan ini, bisa terjadi terdapat persoalan actual riil keseharian yang ditanyakan peserta didik kepada pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal ini berfungsi sebagai mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta didik tidak keluar dari koridor karakter positif yang hendak dikembangkan.

5.  Penguatan
Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh pembimbing ekstra kurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku peserta didik. Oleh karena itu, jangan sampai pembimbing peserta didik kalah start dengan peer group peserta didik yang sering mencuri start dalam hal memberikan penguatan perilaku sebayanya. Sebab, jika peer group peserta didik telah “dikuasi” oleh peer group-nya, termasuk peer group yang mengarahkan ke tindakan-tindakan yang negatif, akan sangat sukar dikuasai oleh pembimbingnya. Penguasaan atas peserta didik ini dapat ditempuh dengan secepatnya memberikan penguatan terhadap perilaku berkarakter positif.

Dilihat dari berbagai hal dari yaitu Dasar legalitas berupa Undang – undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang gerakan pramuka, Kegiatan pramuka yang banyak mengandung nilai –nilai dimulai dar nilai kepemimpinan kebersamaan, sosial, kecintaan alam hingga kemandirian. Melihat dari segi fungsi juga terlihat banyak seperti pengemabnagan sosial, rekreatif, persiapan karir dsb. Serta banyak karakter yang diperoleh dari kegiatan pramuka ini seperti intervensi, pemberian keteladanan, habituasi/ pembiasaan, mentoring dan penguatan. Ini sudah jelas menjadi bukti betapa pentingnya pendidikan kepramukaan di sekolah maka dari itu Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa pramuka merupakan ekstra kulikuler yang diwajibkan di sekolah.


Kenapa Guru Baik Sangat Disukai Anak - Anak


Kenapa Guru Baik Sangat Disukai Anak - Anak
Untuk menjadi seorang guru yang baik tidaklah semudah membalik sebuah telapak tangan.    Selain diperlukan keikhlasan dan ketulusan dalam berbagi ilmu dengan anak didiknya, guru juga harus dapat membuat strategi bagaimana menciptakan iklim belajar yang menyenangkan.     Proses pembelajaran akan menyenangkan bila guru dapat menjadi teladan bagi anak didiknya, cekatan dalam merespon kebutuhan anak didik, siap kapanpun untuk diajak diskusi, terjalin komunikasi yang efektif antara guru dengan anak didik dan dapat menjadi pendengar yang baik atas persoalan belajar anak didiknya.
Menjadi guru yang baik bukan soal tentang sifat guru tersebut baik, melainkan bagaimana guru mengatur irama pembelajaran.   Guru yang sifatnya baik pun akan marah bila perilaku anak didik tidak tertib.   Anak didik dikatakan tertib di kelas bila mengerjakan suatu aktivitas atau kesibukan yang bermakna.
Banyak guru yang menginginkan anak didiknya tertib, lalu ia memberikan soal-soal yang sulit dengan harapan si anak didik dapat sibuk dan memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan soal tersebut.   Sehingga kelas akan tertib dan tenang, tidak menimbulkan kegaduhan atas perilaku anak didik.   Tetapi terkadang guru lupa, bahwa dalam satu kelas, tidak semua anak didik memiliki kemampuan belajar yang sama.    Sehingga hanya anak yang perilakunya sudah baik saja yang mampu mengerjakan soal tersebut,  sedangkan anak yang perilakunya kurang baik, menjadi semakin bingung, gelisah dan cepat bosan karena si guru memberikan soal sulit tanpa memberikan jalan keluar.    Situasi kelaspun menjadi tidak tertib karena anak didik yang tidak mampu mengerjakan soal tersebut justru akan membuat ulah.     Ujung-ujungnya guru akan merasa gagal mengajar anak didiknya di hari itu.
Oleh karena itu, seorang guru yang baik hendaklah dapat membuat jam pelajaran berlangsung tanpa terasa.    Baik guru dan anak didik sama-sama merasakan kenikmatan dalam proses belajar mengajar.     Situasi belajar yang menyenangkan ini dapat tercipta berkat kreatifitas dan usaha yang dilakukan oleh guru.    Banyak cara untuk menjadi seorang guru yang baik.
Sedangkan menurut pakar pendidik yang biasa dipanggil pakde Sofa, bahwa seorang guru bagi anak usia dini yang baik harus memiliki 14  kriteria sebagai berikut
 1. Sabar                                                                                                                                       
Seorang guru perlu memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi anak didiknya.     Kesabaran merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat mengendalikan emosinya ketika dihadapi suatu kondisi tertentu.    Misalnya seorang guru sering dihadapi dengan berbagai tingkah laku anak didik, yang terkadang tingkah laku tersebut tidak menyenangkan, sulit diatur, membuat gaduh suasana kelas sehingga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.    Kondisi ini tentunya akan memancing emosi guru untuk melakukan suatu tindakan tertentu.     Disinilah tantangan guru agar dapat tetap bersabar menghadapi berbagai perilaku anak didiknya.   Oleh karena itu penting pula bagi guru agar memahami perilaku dan karakter tiap anak agar guru dapat lebih bijaksana menangani tiap anak.
 2. Penuh Kasih Sayang
Ketika berada di lingkungan sekolah, guru merupakan orang tua bagi anak didiknya.     Anak usia dini, relatif masih sangat muda membutuhkan kasih sayang penuh dari orang tuanya, oleh karena itu peran guru sebagai orang tua di sekolah harus mampu memberikan kasih sayang tulus kepada semua anak didiknya, selalu memperhatikan kesulitan yang dihadapi anak didik,  sehingga anak akan merasa aman, tenang dan bahagia, seperti mereka mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya di rumah.    Bila guru mampu melakukan hal ini maka anak didik akan merasa senang ketika dekat dengan gurunya.
3. Penuh Perhatian
Seorang guru yang baik harus memiliki sifat penuh perhatian kepada anak didiknya.    Artinya bahwa guru harus peka melihat segala sesuatu perubahan yang terjadi pada anak didiknya.    Misalnya ketika seorang anak yang biasanya ceria dan semangat belajar di kelas, suatu waktu anak tersebut menjadi sensitif, mudah menangis dan tidak semangat belajar.    Guru yang penuh perhatian tentunya akan mengetahui perubahan tersebut dan berusaha mencari tahu penyebabnya serta membantu mnecarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi si anak didik.
4. Ramah                                                                                                                                  
Guru yang baik hendaknya selalu menunjukkan perilaku yang menyenangkan bagi orang lain.    Ketika masuk ke dalam kelas, sebaiknya berikan senyuman kepada seisi kelas, jangan bermuka masam, cemberut dan berkesan galak.   Kemudian sapa seluruh anak didik dengan ramah dan ucapkan salam kepada mereka.    Buat anak didik merasa nyaman dengan kehadiran guru di dekat mereka, sehingga mereka merasa tidak cemas dan tidak takut kepada sosok seorang guru.    Melainkan guru dapat dijadikan teman bahkan sahabat bagi anak didik.
 5. Toleransi Trhadap Anak
Toleransi merupakan suatu perilaku dimana guru tidak memaksakan kehendak pada anak dan mau mengerti apa yang sedang dihadapi anak.    Contoh seorang guru sedang mengajar di dalam kelas dan meminta anak untuk menggambar sesuai dengan tema binatang pada saat itu.    Adi ketika diminta untuk menggambar malah membuat gambar kapal terbang sesuai dengan kesenangannya.   Seorang guru yang memiliki sifat toleransi akan memberi kesempatan pada Adi untuk menyelesaikan gambarnya, baru kemudian meminta Adi untuk menggambar dengan tema binatang seperti anak-anak lainnya.
6. Empati
Empati merupakan suatu sifat dimana guru dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.    Contohnya ketika sedang belajar di dalam kelas, Nadia terlihat murung dan tidak bergairah untuk mengikuti kegiatan.    Seorang guru yang memiliki sifat empati tidak akan membiarkan anak didiknya sedih, guru akan mendekati Nadia dan bertanya mengapa dia tidak mau mengikuti kegiatan seperti teman-temannya.    Apa yang dirasakan anak pada satu waktu tertentu dapat dirasakan oleh gurunya pula.    Sifat empati perlu dimiliki guru agar guru memiliki rasa kepekaan terhadap apa yang dialami atau dirasakan anak didik, sehingga dengan sifat seperti itu guru dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi anak.
 7. Penuh Kehangatan
Guru yang memiliki sifat penuh kehangatan ditandai dengan kemampuan menciptakan suasana yang penuh dengan keriang gembiraan, bebas dari rasa takut dan cemas. Suasana seperti ini dapat diciptakan guru dalam kondisi dan waktu apapun. Anak tidak takut dengan guru yang penuh kehangatan dan bahkan anak merasa aman dan selalu ingin dekat dengan gurunya.
8. Menerima Anak Apa Adanya
Setiap anak yang belajar di taman kanak-kanak terlahir dari keluarga yang berbeda dan anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Guru tidak dapat menyamakan anak dan memperlakukan sama pada semua anak karena setiap anak punya sifat dan kemampuan yang berbeda-beda.    Guru perlu menerima anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.   Seringkali guru lebih menyenangi anak yang bermuka cantik atau tampan, kaya, pandai, lucu dan menyenangkan.   Padahal setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya. Guru yang memperlakukan anak berbeda karena lebih senang pada anak tertentu dapat mengakibatkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi atau merasa dianak tirikan.    Guru tidak bertindak untuk satu anak tetapi guru berperan untuk
semua anak, oleh karenanya guru harus dapat menerima anak apa adanya.
9. Adil
Adil merupakan satu sifat lain yang perlu dimiliki guru sebagai pembimbing.    Guru yang adil adalah guru yang tidak membeda-bedakan anak, semua anak diperlakukan sama.    Contohnya, Febi merupakan anak seorang dokter yang lucu dan periang, setiap tingkah lakunya membuat orang lain senang.    Ibu guru kelasnya sangat menyayangi Febi dan sering kali bersikap terlalu berlebih terhadap Febi.   Di depan anak-anak lainnya Febi diperlakukan istimewa, selalu didahulukan bila ada kegiatan tertentu.   Sikap guru seperti ini merupakan sikap yang tidak adil karena guru menganakemaskan seorang anak tanpa memperhatikan anak yang lain. Seharusnya guru memperlakukan sama pada semua anak walaupun anak lain tidak selucu dan seperiang Febi.
Dan masih  banyak lagi sikap – sikap yang harus dimiliki seorang guru agar disukai oleh anak – anak. Selain sikap –sikap Seorang guru juga harus mempresiapkan segala sesuatunya seperti strategi pembelajaran , metode, media dan seluruh komponen yang yang harus di siapkan sebelum belajar. Sehingga ketika mengajar anak – anak senang tidak membosankan belajar dengan guru yang penuh kreativitas juga baik akhlak dan tingkah lakunya.  

Benarkah kecerdasan anak bergantung pada seorang ibu


Benarkah kecerdasan anak bergantung pada seorang ibu
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat membaca tulisan yang berisi tentang ‘himbauan’ untuk mencari istri yg cerdas supaya bisa mempunyai anak yang cerdas karena kecerdasan itu diturunkan dari seorang ibu.. Bagaimana bisa kecerdasan anak lebih dipengaruhi oleh ibu, bukan ayah?
Berbicara mengenai genetik dan hereditas memang tak pernah ada habisnya. Berbagai penelitian telah dilakukan dan menghasilkan teori-teori yang belum juga memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan tentang hereditas. Genetika memang sangat unik, ribet, dan menyimpan berjuta rahasia kehidupan. Hal inilah yang membuat manusia tak pernah bosan mempelajari Rantai dobel Helix yang tersusun atas gula ribosa, gugus fosfat, dan basa nitrogen Adenin, Guanin, Sitosin, dan Timin dengan segala kerumitan susunan ikatan kimianya. Dalam setiap sel manusia ada sebuah inti atau nukleus. Di dalam inti sel terdapat dua set (sepasang) genom manusia. Satu set genom berasal dari ibu, satu set lagi dari ayah. Perkecualian ada dalam sel telur dan sel sperma yang masing-masing memiliki satu set saja, dan sel darah merah yang tak memilikinya sama sekali. Setiap set genom terdiri atas 23 kromosom yang memiliki 80.000 gen lebih. Ketika manusia beranak pinak, mereka mewariskan satu set lengkap yang merupakan hasil saling tukar antara sebagian kromosom-kromosom ayah & ibu dalam prosedur yang disebut rekombinasi.
Apakah Kecerdasan Diturunkan?
Penelitian ldilakukan Thomas Bouchard. Dimulai th 1979, ia mengumpulkan pasangan-pasangan kembar terpisah dari seluruh dunia dan menguji kepribadian dan IQ mereka. Hasil yang diluar dugaan dari penelitian ini adalah korelasi antara anak-anak adopsi yang dibesarkan bersama ternyata nol. Artinya,tidak ada pengaruh asuhan keluarga terhadap IQ. Jika bukan asuhan keluarga,lalu apa yang menentukan IQ? Jawabnya adalah peran penting rahim seorang Ibu! Menurut studi lain, pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kandungan terhadap kecerdasan tiga kali lebih besar dibanding apapun yang diperbuat oleh orangtua sesudah bayi lahir.
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi tadi adalah, kali ini , bahwa kira-kira separuh IQ kita dapatkan melalui pewarisan, dan kurang dari 20% berasal dari asuhan keluarga. Sisanya berasal dari kandungan, sekolah, dan teman sepergaulan. Sifat pewarisan IQ sewaktu anak-anak porsinya kurang lebih 45%, sedangkan pada masa akhir remaja naik menjadi 75%. Sejalan dengan pertumbuhan, anak secara berangsur mengekspresikan kecerdasan bawaan dan meninggalkan pengaruh-pengaruh sebelumnya yang ditanamkan orang lain. Akhirnya, meskipun terbukti sahih bahwa kecerdasan diwariskan, sifat pewarisan bukan berarti tidak dapat berubah. Kecerdasan bawaan sangat berperan, sebagaimana pengaruh lingkungan asuhan tak dapat disepelekan.
Faktor genetik seorang Ibu seangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Menurut ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands Dr Ben Hamel “Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu”.
Karena itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. “Dengan demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas,” ujar Hamel. Namun, kelainan genetika dari seorang ibu juga dapat diturunkan kepada anak-anaknya, termasuk di antaranya retardasi mental. Dalam keadaan normal, setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom autosom dan sepasang kromosom seks. Ada 23 kromosom berasal dari ibu yang disebut kromosom XX dan 23 pasang lagi berasal dari ayah yang disebut kromosom XY.
Genetik diturunkan dari kedua orang tua, asupan gizi dan ransangan dari luar tergantung dari bagaimana kita memenuhi kebutuhan gizi anak, dan melayani anak, apakah permainan, interaksi orang tua dan anak. Permainan edukatif dan yang banyak mengundang kreativitas anak tentu akan lebih baik untuk perkembangan otak yang sempurna. Sehingga kecerdasan yang sebenarnya itu adalah akumulasi dari genetic, supply gizi dan ransangan. Dengan artian walaupun orang tua mempunyai genetic yang baik, tapi anak tidak diberi makanan yang baik dan tanpa diransang justeru kecerdasan itu nggak akan muncul sempurna.
Bagaimana bisa seorang ibu menjadi penentu kecerdasan anak-anaknya? Mungkin pertanyaan ini akan terdengar kurang indah ditelinga kaum laki-laki karena pada dasarnya seorang anak terlahir dari pertemuan antara sperma (laki-laki) dan ovum (perempuan) melalui proses fertilisasi dimana setelah terjadi proses fertilisasi tersebut, kedua sel gamet itu akan melebur menjadi satu dan membentuk zygot kemudian membelah menjadi morula, blastula, gastrula, dan berdiferensiasi menjadi makhluk hidup kecil di dalam rahim yg disebut dengan fetus (janin).
Ovum merupakan sel gamet yang terdiri dari inti sel dan sitoplasma lengkap dengan organel-organel yang akan berperan dalam proses pembelahan dan perbanyakan sel. Sperma merupakan sel gamet yang terdiri atas kepala dengan inti sel dan ekor yang mengandung mitokondria sebagai pemberi energi bagi pergerakan sperma. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa 14 jam setelah proses fertilisasi maka ekor sperma yang mengandung mitokondria akan dilepas dan dibuang, inti sel ovum dan sperma akan melebur menjadi satu sehingga terbentuklah sel baru (zygot) 2n. Inti zigot merupakan gabungan antara inti sperma dan ovum sedangkan sitoplasma dan organel-organel sel berasal dari organel sel ovum. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa prosentase peran ovum lebih besar daripada sperma dalam aktivitas pembelahan sel selanjutnya.
Secara teori, kecerdasan anak mungkin sangat dipengaruhi oleh kecerdasan seorang ibu. Namun, fenotip (penampakan) yang kita lihat bukanlah melulu hasil dari faktor genetik melainkan hasil interaksi dengan lingkungan juga. Manusia hanya berusaha untuk mengetahui dan mempelajari kalam Allah. Allahlah yang Maha mengetahui atas segala penciptaan alam semesta.

Pengaruh kehidupan anak tanpa ayah


Pengaruh kehidupan anak tanpa ayah
Jika ada sebuah pertanyaan Siapa yang mau hidup dengan suatu kekurangan? Tidak akan ada yang mungkin menjawab “Saya”. Semua orang bisa hidup, namun tidak semua orang dapat menjalani kehidupannya. Terkadang ditengah perjalanan memang banyak halangan yang mungkin bagi sebagian orang itu sulit. Tapi taukah anda, sesungguhnya inilah kehidupan di dunia. Ada kalanya kita hidup dengan kebahagiaan, dan ada kalanya kita hidup dengan kesusahan yang keduanya itu tak akan bisa dipisahkan.  Keinginan terbesar anak adalah hidup bahagia dengan kedua orang tua yang selalu mencurahkan kasih sayangnya. Tapi bagi anak yang hidup tanpa ayah, akankah dia akan bahagia? Pertanyaan yang mungkin sulit di jawab oleh sebagian besar orang-orang. Ayah adalah sosok orang tua yang kuat, tegar, dan penuh tanggung jawab dibalik sosok ibu kita yang selama ini kita selalu nomer satukan. Anak yang hidup tanpa kasih sayang dari ayahnya secara langsung tentunya akan berdampak yang cukup negatif bagi kehidupannya. Banyak anak yang merasa dirinya tidak puas dengan apa yang diberikan oleh ibu, mereka mencari segala kepuasan dari luar rumah. Secara umum, anak-anak yatim memiliki kondisi psikis seperti anak-anak lain. Mereka senang bermain, bergurau, dan cerita dalam banyak harinya. Hanya, pada titik tertentu mereka tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah.
Berinteraksi dengan anak-anak yatim tidak sederhana seperti bergaul dengan anak-anak pada umumnya. Ada  hal-hal khusus yang harus dijaga, dan harus dijauhi, dan tidak boleh kita ungkapkan kepada mereka. Dalam banyak hal, perasaan mereka sangat sensitif. Duka di tinggal ayah atau kemiskinan yang terus mendera membuat perasaan mereka amat peka terhadap segala sesuatu yang di anggap menyinggung dirinya. Banyak hal – hal negative yang berepngaruh terhadap sikap anak Kebanyakan anak yatim ketika ditinggal pergi oleh ayahnya justru mereka berfikir sudah tidak ada sosok yang mereka takuti  banyak Beberapa contoh perilaku negative anak yang hidup tanpa ayah yaitu :
  1. Menigkatnya Bahaya Penyalahgunaan  Seksual
  2. Kemsikinan
  3. Pengabaian
  4. Kerusakan Emosi
Dibalik banyak hal yang mungkin bersifat negatif tentang kehidupan seorang anak yang hidupnya tanpa ayah tentunya ada juga hal-hal postif yang dapat di pelajari oleh sang anak. Dampak yang muncul dalam kehidupan pasti ada positif dan negatifnya. namun ambil juga hal positifnya, diantaranya :
  1. Mandiri. Dengan keadaan yang sedemikian rupa, maka anak akan terdorong jiwanya agar tidak selalu tergantung pada kehidupan orang lain. Karena kondisi memaksa anak untuk mandiri, maka mau tidak mau anak harus mandiri.
  2. Tegar. Didalam keadaan seperti itu, anak di tutut selalu tegar dalam segala hal. Seorang anak janganlah selalu merengek-rengek tentang segala keadaan yang terjadi dalam kehidupannya.
  3. Optimis. Kehidupan memang tidak mudah, banyak hal yang dapat menghalang keinginan seseorang. Maka itu seseorang di tuntut untuk tidak mudah berputus asa. Ingatlah bahwa masalah hidup bukanlah menjadikan hidup akan berakhir.
Dan masih banyak lagi sikap – sikap yang dimiliki oleh anak tanpa ayah baik itu sikap negative maupun positif. Figur seorang Ayah adalah figur yang sangat penting dijaman sekarang ini. Karena banyak sekali anak yang kehilangan figur seorang ayah dan mencari perhatian ayahnya dengan melakukan apa yang kita sebut “kenakalan”.
Figur seorang ayah kandung tidak akan mungkin tergantikan oleh siapapun, akan tetapi terkadang seorang istri yang menjadi Single Parents tidak memikirkan hal tersebut walaupun tidak semua istri seperti itu,. Memang keduanya sama-sama kehilangan sosok yang amat di dambakan. Namun apakah dengan mencari ayah pengganti maka kesedihan hilang? Banyak yang justru memunculkan permasalahan baru dalam diri sang anak. Banyak asumsi pada anak bahwa memiliki orang tua tiri itu adalah suatu hal yang kejam. Selama ini banyak peristiwa yang menyangkut tentang orang tua tiri. Dari mulai kekejaman, kekerasan bahkan pembunuhan maka banyak anak-anak yang berfikir bahwa semua orang tua tiri akan seperti itu. Wajar memang hal itu terjadi pada anak karena memang mereka selama ini hidup dengan orang tua kandung bukan orang tua tiri.
Jadi pengambilan keputusan dari ibu setelah ayah meninggal atau cerai harus didasarkan pula dengan keadaan anak nantinya. Karena apabila sudah memiliki anak, maka tanggung jawabnya semakin besar. Berfikir tidak untuk sekarang saja, namun berfikir juga untuk ke depan. Dalam diri sang anak jangan pula menuntut hal-hal yang tidak mungkin di lakukan oleh ibu. Ingatlah orang tua tinggal satu saja, mulailah berfikir menjadi pribadi yang lebih baik. Kenakalan yang muncul pada anak, jangan pernah menjadikan itu sebagai kesalahan seutuhnya dari anak, karena mereka akan terus mencari jati dirinya untuk selalu ingin maju. Dan jangan jadikan suatu kondisi seperti ini untuk melakukan kenakalan. Mereka msih perlu bimbingan dari orang tua maka dari sebagai orang tua seharusnya ikut memikirkan bagaimana masa depan anak jika anak tidak diberi kasih syang, cinta kasih, pengertian, perhatian anak cenderung akan melakukan hal – hal yang negative karena itu banyak hal – hal yang seharusnya ia dapatkan dari orang tua justru anak tidak mendapatkannya dan akhirnya anak melakukan hal – hal negative karena hanya untuk mencari kesenangan bahkan hanya untuk mencuri perhatian dari orang lain.

Kenapa Upacara Hari Senin Dilakukan


Kenapa  Upacara Hari Senin Dilakukan
Hari Senin menurut beberapa orang, terutama pelajar, adalah hari yang kurang disukai.Karena, hari Senin itu harus diawali dengan upacara bendera, dimana pada saat itu para murid harus berpakaian atribut lengkap dan berdiri dilapangan selama lebih dari 30 menit dengan teriknya cahaya matahari sebeleum memulai jam pelajaran dan setelah sehari sebelumnya bisa beristirahat.
Lalu, dari manakah asal usul kalau upacara bendera itu harus dilaksanakan hari Senin? Kenapa tidak hari Jumat? Padahal pembacaan teks proklamasi dilakukan hari Jumat. Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, jawabannya adalah karena Senin merupakan awal siswa sekolah masuk setelah libur hari Minggu siswa masih semangat belajar karena hari pertama masuk sekolah setelah hari libur bisa bertemu teman – temannya kembali di sekolah , dan hari Senin dirasa pas untuk mengisi nilai-nilai nasionalisme.
Mengenai kenapa tidak dilakukan hari Jumat, alasannya adalah hari Jumat merupakan hari sebelum libur, dan kebanyakan sudah tidak memiliki niat untuk belajar dan sudah lelah setelah beraktifitas selama seminggu. Selain rasa lelah, aktifitas selama seminggu itu juga dianggap menghilangkan rasa nasionalisme, sehingga jika upacara bendera dilakukan hari Jumat, maka manfaatnya tidak akan terasa dan hari jum,at pun bagi umat Islam meruapakan hari yang sangat berharga karena umat Islam melakukan sholat Jum,at bagi yang muslim tentu jika upacara dilakukan hari jum,at waktu jam belajar siswa pun akan semakin sempit karena seperti yang kita ketahui mayoritas penduduk di Indonesia merupakan umat Islam.
Dari situ muncul lagi satu pertanyaan, kenapa upacara bendera harus dilakukan pagi hari? Pada pagi hari tentu kita masih bersemangat dalam menghadapi kegiatan pada hari tersebut. Tubuh dan pikiran masih dianggap mampu untuk mengikuti upacara bendera karena belum dihadapkan dengan pelajaran-pelajaran yang memusingkan. Selain itu, dengan bangun pagi kita diajarkan untuk lebih disiplin dengan waktu dan sinar matahari pagi itu menyehatkan bagaiamna jika siang hari pasti akan banyak peserta didik yang jatuh sakit karena pengaruh matahari pada siang hari .
Upacara bukanlah sekadar kegiatan seremoni, tetapi kesempatan bagi guru, siswa dan seluruh warga sekolah untuk berinteraksi. Setidaknya, interaksi secara menyeluruh tersebut dilalukan seminggu sekali, melalui upacara dan dapat memupuk rasa nasionalisme . Ada beberapa fungsi upacara bagi siswa. Pertama, upacara melatih siswa untuk menjadi seorang pemimpin yang mampu mengatur kelompoknya. Kedua, upacara memberikan kesempatan bagi kepala sekolah untuk berbicara secara langsung kepada seluruh siswa, mengenai apa yang akan dilakukan selama satu pekan ke depan. Selain itu, upacara juga mengajarkan rasa kebersamaan antarsiswa, di mana masing-masing kelas secara bergiliran menjadi bagian dari petugas upacara.

Siswa Cenderung Akan Meniru Kebiasaan Guru


Siswa Cenderung Akan Meniru Kebiasaan Guru
Children see, children do”, seperti itulah anak-anak, mereka melakukan apa yang mereka lihat dari orang dewasa. Semua hal dicontoh, mereka belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tanpa filter mereka berpikir bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan orang dewasa adalah hal baik dan benar. Apalagi anak kecil yang usia SD mereka akan meniru apapun yang dilakukan gurunya. Kitalah, orang yang sudah dewasa yang harus membatasi diri untuk tidak mencotohkan hal buruk pada anak-anak. Adapun seorang guru yang berperan sebagai pendidik, pengajar dan pemimpin harus mampu memberikan teladan yang baik sehingga patut ditiru oleh anak didiknya. Guru, digugu dan ditiru (dilihat dan ditiru) setiap tindakannya selalu menjadi sorotan dan di copy paste oleh anak didiknya. Jika apa yang dicontohkan itu hal baik, maka anak didik akan melakukan hal baik dan sebaliknya anak didik akan mencontoh tindakan tidak baik jika gurunya mencontohkan hal yang tidak patut untuk ditiru, maka jangan heran jika kita menemui anak didik yang notabene “nakal”, lihatlah sebagian besar ditiru dari gurunya karena waktu yang dihabiskan anak didik lebih banyak di sekolah dibandingkan dirumah. Jadi sebelum melabel seseorang sebagai anak yang nakal, ada baiknya seorang guru yang bijak berkaca, berintrospeksi diri manakala ada sikap yang tidak baik yang pernah dicontohkan secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Benar peribahasa “Guru memukul meja , murid memukul temannya”. Semua yang dilakukan seorang guru akan terekam jelas dibenak anak didik. Guru yang memiliki sikap sering main tangan atau memukul akan terekam dan akan ditiru oleh anak didiknya, sehingga anak didiknya akan melakukan hal yang sama pada temannya karena menurut mereka apa yang mereka lihat adalah tindakan yang wajar dan jangan salahkan anak didik kita jika tumbuh menjadi anak yang kasar. Sebuah kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan guru, yaitu suka memaki dengan kata-kata negatif. Seorang guru harusnya mampu memberikan contoh  kata positif kepada anak didiknya, memberikan motivasi sehingga terdoronglah semangat anak didik untuk terus berusaha melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Seorang guru haruslah mampu meningkatkan bakat anak didiknya bukan malah asik menjatuhkan dan memaki, karena dari sanalah akan tercetak anak didik yang percaya diri, memiliki motivasi yang kuat, tekun belajar dan yang paling baik anak didik akan menjadi anak yang dapat menghargai dan memiliki rasa kasih sayang.
Rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang dimiliki anak didik sangatlah besar. Berawal dari rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, fenomena dahsyat dimulai, jumlah perokok dan juga pelecehan seksual  saat ini paling banyak dilakukan oleh pelajar. Jangan heran, meningkatnya jumlah pelajar yang mengkonsumsi rokok dan pelecehan seksual  diakibatkan oleh guru yang memberikan contoh tidak baik. Banyak guru yang merokok di lingkungan sekolah, dengan enaknya sang guru yang seharusnya memberikan teladan baik justru memberikan contoh yang menjerumuskan. Ada andil guru dari apa yang dilakukan anak didik, apa yang dilakukan guru akan tercermin pada diri anak didik. Jadi, alangkah bijaknya seorang guru berpikir ulang untuk memarahi anak didiknya atas kenakalan yang dilakukan karena sebenarnya sikap anak didik adalah refleksi dari sikap guru. Jika guru menginginkan anak didiknya baik maka jadilah teladan yang baik untuk mereka, berilah contoh yang baik agar dapat tertanam dan dicontoh oleh anak didik.  Penanaman pendidikan karakter disekolah juga menjadi sangat penting apalagi usia SD anak akan belajar menggali potensinya sesuai dengan kemampuan serta karakter anak.

Peran Lingkungan masyarakat bagi pendidikan


Peran Lingkungan masyarakat bagi pendidikan
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), dan utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Selain itu, penataan lingkungan pendidikan tersebut terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
Pada hakikatnya, lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang  konsep yang diambil dari sumber – sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Ada beberapa lingkungan yang sangat berperan penting yaitu:  Lingkungan Pendidikan keluarga, Lingkungan Pendidikan Sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat.
  1. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi manusia karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan pendidikan yang lainnya. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga disebut sebagai pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) dan pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir).
Pendidikan prenatal merupakan pendidikan untuk pembentukan potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya. Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung dipengaruhi oleh praktik – praktik budaya seperti doa untuk si janin, mitoni, neloni, sirikan, dll. Sedangkan, pendidikan postnatal yaitu pendidikan yang diberikan kepada si anak setelah lahir dengan hal – hal yang akan bermanfaat dan berguna dalam hidupnya. Wujud praktek pendidikan postnatal yaitu cenderung pada pendidikan karakter dan perilaku dari individu tersebut.    
  1. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa kedewasaan. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini dalam perkembangannya lebih lanjut dikenal sebagai sekolah. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan di sekolah untuk melaksanakan kebijakan nasional adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan.
Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri ke Indonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah  secara seimbang dan serasi bisa mencakup aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilik keterampilan peserta didik. Selain itu, sekolah juga telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan manusia. Sekarang sekolah tidak lagi berfungsi sebagai pelengkap pendidikan kelurga tetapi merupakan kebutuhan.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi tanggung jawab formal kelembagaan (sesuai ketentuan dan perundangan pendidikan yang berlaku), tanggung jawab keilmuan (isi, tujuan dan jenjang pendidikan yang dipercayakan padanya oleh masyarakat dan pemerintah), tanggung jawab fungsional (tanggung jawab profesi berdasarkan ketentuan jabatannya).
  1. Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Sekolah dinilai terjadi kesenjangan dengan masyarakatnya. Sekolah dianggap cenderung arogan terhadap masyarakatnya sedangkan masyarakat kurang peduli terhadap sekolah. Dalam banyak hal sekolah dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya dan kini banyak sekolah yang belajar dari masyarakat. Hal ini karena berbagai inovasi seperti dalam hal teknologi terlebih dahulu terjadi di masyarakat daripada sekolah. Dan hal ini tentu sangat wajar karena sekolah hanya salah satu pranata yang ada dalam masyarakat  diantara empat pranata yang lain. Selain itu, masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai inovasi. Maka dari itu peran masyarakat sangat dibutuhkan karena anak akan terus mengikuti perkembanagn masyarakat susuai dengan dengan perkembangan zaman.

pendidikan dalam keluarga


Pendidikan dalam Keluarga
Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran Ibu lebih banyak. Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak lebih menonjol. Karena dalam hadist Rasulullah pun dikatakan bahwa ketika Nabi ditanya oleh dahabat “ Sipakah yang paling kita patuhi ?” maka Rsulullah menjawab Ibumu, Ibumu baru yang ketiga kalinya Rasul menjawab Bapakmu.Meskipun peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman serta ayah merupakan pemimpin keluarga yang harus seorang anak patuhi. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu. Oleh karena hubungan Ayah dan anak terbatas waktunya, terutama di hari kerja, maka dari itu pada hari libur seorang ayah harus menyempatkan waktunya untuk sang anak karena walau bagaimana pun juga anak membutuhkan kasih sayang seorang anak.
Jika penghasilan keluarga tergantung pada penghasilan Ayah yang kurang memadai untuk kehidupan keluarga dapat menimbulkan persoalan pendidikan yang tidak sedikit. Ada pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama terletak dalam pendidikan dalam keluarga.
Dan karakter yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian anak, karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting untuk pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter. Hal itu terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Ini semua harus menjadi salah satu hasil penting usaha pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan pada anak paling dulu dilmulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam keluarga yang seharusnya memberikan dasar yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam masyarakat. Akhirnya memang tergantung pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi karena secara alamiah orang tua ingin anaknya menjadi baik dan sukses, maka banyak kemungkinan orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam hidup mereka.