Benarkah
kecerdasan anak bergantung pada seorang ibu
Beberapa
waktu yang lalu, saya sempat membaca tulisan yang berisi tentang ‘himbauan’
untuk mencari istri yg cerdas supaya bisa mempunyai anak yang cerdas karena
kecerdasan itu diturunkan dari seorang ibu.. Bagaimana bisa kecerdasan anak
lebih dipengaruhi oleh ibu, bukan ayah?
Berbicara mengenai genetik dan hereditas memang tak pernah
ada habisnya. Berbagai penelitian telah dilakukan dan menghasilkan teori-teori
yang belum juga memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan tentang
hereditas. Genetika memang sangat unik, ribet, dan menyimpan berjuta rahasia
kehidupan. Hal inilah yang membuat manusia tak pernah bosan mempelajari Rantai
dobel Helix yang tersusun atas gula ribosa, gugus fosfat, dan basa nitrogen
Adenin, Guanin, Sitosin, dan Timin dengan segala kerumitan susunan ikatan
kimianya. Dalam setiap sel manusia ada sebuah inti atau nukleus. Di dalam inti
sel terdapat dua set (sepasang) genom manusia. Satu set genom berasal dari ibu,
satu set lagi dari ayah. Perkecualian ada dalam sel telur dan sel sperma yang
masing-masing memiliki satu set saja, dan sel darah merah yang tak memilikinya
sama sekali. Setiap set genom terdiri atas 23 kromosom yang memiliki 80.000 gen
lebih. Ketika manusia beranak pinak, mereka mewariskan satu set lengkap yang
merupakan hasil saling tukar antara sebagian kromosom-kromosom ayah & ibu
dalam prosedur yang disebut rekombinasi.
Apakah
Kecerdasan Diturunkan?
Penelitian
ldilakukan Thomas Bouchard. Dimulai th 1979, ia mengumpulkan pasangan-pasangan
kembar terpisah dari seluruh dunia dan menguji kepribadian dan IQ mereka. Hasil
yang diluar dugaan dari penelitian ini adalah korelasi antara anak-anak adopsi
yang dibesarkan bersama ternyata nol. Artinya,tidak ada pengaruh asuhan keluarga
terhadap IQ. Jika bukan asuhan keluarga,lalu apa yang menentukan IQ? Jawabnya
adalah peran penting rahim seorang Ibu! Menurut studi lain, pengaruh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kandungan terhadap kecerdasan tiga kali
lebih besar dibanding apapun yang diperbuat oleh orangtua sesudah bayi lahir.
Kesimpulan
yang dapat diambil dari studi tadi adalah, kali ini , bahwa kira-kira separuh
IQ kita dapatkan melalui pewarisan, dan kurang dari 20% berasal dari asuhan
keluarga. Sisanya berasal dari kandungan, sekolah, dan teman sepergaulan. Sifat
pewarisan IQ sewaktu anak-anak porsinya kurang lebih 45%, sedangkan pada masa
akhir remaja naik menjadi 75%. Sejalan dengan pertumbuhan, anak secara
berangsur mengekspresikan kecerdasan bawaan dan meninggalkan pengaruh-pengaruh
sebelumnya yang ditanamkan orang lain. Akhirnya, meskipun terbukti sahih bahwa
kecerdasan diwariskan, sifat pewarisan bukan berarti tidak dapat berubah.
Kecerdasan bawaan sangat berperan, sebagaimana pengaruh lingkungan asuhan tak
dapat disepelekan.
Faktor
genetik seorang Ibu seangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Menurut ahli
genetika dari UMC Nijmegen Netherlands Dr Ben Hamel “Pengaruh itu sedemikian
besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang
berasal dari ibu”.
Karena
itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. “Dengan
demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas,” ujar
Hamel. Namun, kelainan genetika dari seorang ibu juga dapat diturunkan kepada
anak-anaknya, termasuk di antaranya retardasi mental. Dalam keadaan normal,
setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom
autosom dan sepasang kromosom seks. Ada 23 kromosom berasal dari ibu yang
disebut kromosom XX dan 23 pasang lagi berasal dari ayah yang disebut kromosom
XY.
Genetik
diturunkan dari kedua orang tua, asupan gizi dan ransangan dari luar tergantung
dari bagaimana kita memenuhi kebutuhan gizi anak, dan melayani anak, apakah
permainan, interaksi orang tua dan anak. Permainan edukatif dan yang banyak
mengundang kreativitas anak tentu akan lebih baik untuk perkembangan otak yang
sempurna. Sehingga kecerdasan yang sebenarnya itu adalah akumulasi dari
genetic, supply gizi dan ransangan. Dengan artian walaupun orang tua mempunyai
genetic yang baik, tapi anak tidak diberi makanan yang baik dan tanpa diransang
justeru kecerdasan itu nggak akan muncul sempurna.
Bagaimana
bisa seorang ibu menjadi penentu kecerdasan anak-anaknya? Mungkin pertanyaan
ini akan terdengar kurang indah ditelinga kaum laki-laki karena pada dasarnya
seorang anak terlahir dari pertemuan antara sperma (laki-laki) dan ovum
(perempuan) melalui proses fertilisasi dimana setelah terjadi proses
fertilisasi tersebut, kedua sel gamet itu akan melebur menjadi satu dan
membentuk zygot kemudian membelah menjadi morula, blastula, gastrula, dan
berdiferensiasi menjadi makhluk hidup kecil di dalam rahim yg disebut dengan
fetus (janin).
Ovum
merupakan sel gamet yang terdiri dari inti sel dan sitoplasma lengkap dengan organel-organel
yang akan berperan dalam proses pembelahan dan perbanyakan sel. Sperma
merupakan sel gamet yang terdiri atas kepala dengan inti sel dan ekor yang
mengandung mitokondria sebagai pemberi energi bagi pergerakan sperma.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa 14 jam setelah proses fertilisasi maka
ekor sperma yang mengandung mitokondria akan dilepas dan dibuang, inti sel ovum
dan sperma akan melebur menjadi satu sehingga terbentuklah sel baru (zygot) 2n.
Inti zigot merupakan gabungan antara inti sperma dan ovum sedangkan sitoplasma
dan organel-organel sel berasal dari organel sel ovum. Dari penjelasan ini
dapat diketahui bahwa prosentase peran ovum lebih besar daripada sperma dalam
aktivitas pembelahan sel selanjutnya.
Secara
teori, kecerdasan anak mungkin sangat dipengaruhi oleh kecerdasan seorang ibu.
Namun, fenotip (penampakan) yang kita lihat bukanlah melulu hasil dari faktor
genetik melainkan hasil interaksi dengan lingkungan juga. Manusia hanya
berusaha untuk mengetahui dan mempelajari kalam Allah. Allahlah yang Maha
mengetahui atas segala penciptaan alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar