Proses Belajar Merupakan Kunci Keberhasilan Siswa
Dalam
interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh
siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas
psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Aktivitas
mempelajari bahan belajar tersebut memekan waktu. Lama waktu mempelajari
tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari tergantung pada
jenis dan sifat bahan. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh
guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar dialami oleh
siswa dan belajar sesuatu dapat diamati guru.
Proses
belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah
secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar
dengan baik. Faktor yang dialami dan
dihayati oleh siswa berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.
1.
Sikap terhadap belajar
Sikap
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap
menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses
pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.
2.
Motivasi Belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu
hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri
siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang
kuat, pada tempatnya di ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
3.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan maupun proses pemerolehannya. Untuk
memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar
dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut Rooijakker
kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan guru
memberikan selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut,
prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.
4.
Mengolah Bahan Belajar
Mengolah
bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima dan cara pemerolehan
ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. isi bahan belajar berupa
pengetahuan, nilai, kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian serta keterampilan
mental dan jasmani. Cara pemerolehan bahan ajaran berupa cara-cara belajar
sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus atau rumus matematika.
- Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan
perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara
pemerolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu
pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti
hasil belajar cepat dilupakan.).
- Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil
belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah
terterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.
7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Dalam belajar
dalam ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa, meskipun
demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif pada umumnya berlawanan
dengan mengingat. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa,
karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa "keluarnya" pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi
dan mengolah pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan
berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan
pesan dapat dipertinggi mutunya.
- Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya
diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian "perwujudan diri" yang diakui oleh guru dan rekan sejawat
siswa. Makin swring berhasil menyelesaikan tugas maka semakin memperoleh
pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal sebaliknya
dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapa menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi
takut belajar.
9. Intelegensi
dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi
berkaitan dengan IQ,SQ dan EQ. Dalam keberhasilan belajar, banyak sekali anak
yang kurang berhasil dalam belajar, hal ini disebabkan oleh:
- Kurangnya
fasilitas belajar disekolah dan rumah diberbagai pelosok
- Siswa
merasa takut gagal
- Kurangnya
dorongan mental dari orang tua
karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh ananknya
disekolah
- Keadaan
gizi yang rendah
10. Kebiasaan
Belajar
Dibawah ini
adalah kebiasaan-kebiasaan anak yang tidak baik dalam belajar :
- Belajar
pada ahir semester
- Belajar
tidak teratur
- Menyia-nyiakan
kesempatan belajar
- Bersekolah
hanya untuk bergengsi
- Datang
terlambat bergaya pemimpin
- Bergaya
minta belas kasihan tanpa belajar
11. Cita-cita
Siswa
Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. anak mengikuti apa yang ia lihat dan ia dengar dan
kemudia anak menyukai nya. Contohnya ketika anak bercita-cita ingin menjadi
guru seperti gurunya karena gurunya baik, cantik, berpenampilan rapih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar