Senin, 02 Januari 2017

Faktor yang Dapat Menimbulkan Perbedaan Pemaknaan dan Kesalahpahaman Antara Guru dan Murid dalam Penyampaian Materi


Faktor yang Dapat Menimbulkan Perbedaan Pemaknaan dan Kesalahpahaman Antara Guru dan Murid dalam Penyampaian Materi
      Setiap pelajaran sering kali dipandang sebagai sutu kejadian atau hal yang berdiri sendiri walaupun guru telah berusaha menjelaskannya sebagai kelanjutan dari pelajaran sebelumnya. Apapun yang menurut guru dianggap sudah jelas dan sangat erta kaitannya antara materi satu dengan materi lainnya, tidak berarti otomatis semuanya akan jelas dan dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini mungkin terjadi karena persepsi dan daya ingat terhadap pengalaman yang telah lalu jauh berbeda dengan apa yang diterima dari guru.
            Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah, sehingga siswa cenderung kurang aktif selama proses pembelajaran dan membuat siswa merasa cepat bosan karena aktivitas siswa hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru dan mencatat materi pelajaran yang telah ditulis oleh guru di papan tulis. Sedangkan media yang digunakan olehguru adalah papan tulis, guru menulis di papan tulis materi pelajaran yang ada dibuku paket, kemudian siswa menyalinnya di buku tulis.Dalam mencatat materipelajaran di papan tulis, guru tidak melibatkan siswa, tidak ada komunikasi duaarah sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk bereksplorasi danmengungkapkan pendapatnya.
                 Cara belajar seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan lelah karena kegiatan mereka hanyalah mencatat materi pelajaran yangcukup banyak, sehingga siswa cenderung kurang memahami konsep materinya.Sebagai contoh pada materi sumber daya alam dan persebarannya, siswa kurangmemahami makna belajar materi tersebut.Sebagian besar siswa belum paham benar tentang materi tersebut karena pokok bahasan yang dipelajari banyak.Materi sumber daya alam dan persebarannya adalah materi yang membutuhkanpemahaman secara konkret tentang seluk beluk berbagai keanekaragaman sumberdaya yang ada di Indonesia yang sebenarnya setiap hari telah siswa temui dalamkehidupannya sehari–hari.Akan tetapi, guru cenderung mengajar belummemberikan contoh konkret ke anak dan hanya dalam bentuk cerita, tidakmengajak anak untuk membahas berbagai keanekaragaman sumber daya alamserta persebarannya secara berkelompok. Guru sebagai pengajar danfasilitator yang mampu melakukan pembelajaran menyenangkan sehingga akandiperoleh hasil yang maksimal. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan siswadapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalamkelompok atau secara individu karena pembelajaran kooperatif didasarkan padasuatu ide bahwa siswa bekerjasama dalam belajar kelompok dan sekaligusmasing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknyasehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran denganbaik
            Pelajaran IPA yang ditangkap oleh anak, kadang-kadang mempunyai persepsi yang berbeda dengan tujuan yang dimaksudkan oleh guru, walaupun menurut perasaan guru bahwa dia telah merumuskan dan membuat tujuan yang jelas, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.Dari kondisidiatasanak  akan memperkirakan sendiri dari tujuan pelajaran tersebut karena tujuan yang disampaikan guru merupakan tujuan yang tidak terjangkau oleh kemampuan anak, dengan kata lain, guru menarik paksa pengalaman anak pada kemampuan dan pengalaman guru yang jauh lebih tinggi. Ini disebabkan karena guru hanya memberitahukan tujuan kegiatan di awal saja tanpa mengikuti perkembangan jalannya kegiatan sampai anak-anak bisa menyelesaikannya.
            Anak-anak sering tidak memahami apa yang menjadi factor-factor penting dalam pelajaran IPA yang sedang dilakukan dan kurang memberikan perhatian terhadap pengalaman dan kejadian konkret mereka yang berhubungan dengan pelajaran IPA. Hal ini disebabkan karena kurangnya dasar pengetahuan IPA yang jelas untuk mengantisipasi eksperimen meraka lakukan.
            Kegiatan anak dalam pelajaran IPA lebih banyak ditentukan oleh panduan yang ada dalam lembaran kegiatan, dimana kegiatan tersebut diarahkan kepada suatu hasil yang sesuai dengan tujuandari kegiatan pelajaran tersebut. Misalnya anak-anak dalam satu kelompok belum tentu secara merata akan memahami maksud atau tujuan kegiatannya, disebabkan terjadinya perbedaan penafsiran dari masing-masing anak terhadap sesuatu yang terkandung dalam petunjuk kegiatan. Ini berarti yang melakukan kegiatan tersebut hanyalah gurunya, dan tidak memeberikan kesempatan kepada anak untuk belajar.
      Setelah pengajaran, pasti akan diadakan suatu evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasipun masih banyak terjadi perbedaan pemaknaan antara guru dengan siswa. Guru beranggapan dengan evaluasi yang dapat diselesaikan dengan anak itu berarti bahwa anak sudah memahami betul dari apa yang sudah diajarkan. Sedangkan menurut anak, mengerjakan evaluasi itu hanya sekedar perintah guru saja, tanpa harus memahami jalan penyelesaian dan pemahaman dari evaluai tersebut.
            Pengetahuan anak-anak dan pengalaman masa lalunya, dapat menyebabkan perbedaan perspektif terhadap kegiatan yang diharapkan guru.Ini merupakan sesuatu yang sudah tidak aneh lagi jika banyak pendapat dan perspektif baru, yang bersatu dalam banyak kegiatan. Kegiatan ini dapat membawa nak-anak kedalam asosiasi yang berbeda-beda terhadap apa yang disampaikan guru. Asosiasi tersebut dalam beberapa hal berpengaruh terhadap pandangan pemikiran anak dan predeterminasi hasil yang diharapkan oleh guru.
    Untuk mengurangi perbedaan tafsiran antara anak dan guru ada hal yang perlu dicermati untuk dihadapi dan dicari pemecahannya, yaitu :
1.      Tujuan yang telah ditentukan harus menjadi tujuan murid itu sendiri
2.      Kegiatan yang telah dirancang harus dapat dimengerti dan diterima oleh murid-murid
3.      Kesimpulan yang diperoleh siswa dihargai dan diakui, didiskusikan dan dihubungkan dengan kesimpulan yang diharapkan guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar