Faktor
yang Dapat Menimbulkan Perbedaan Pemaknaan dan Kesalahpahaman Antara Guru dan
Murid dalam Penyampaian Materi
Setiap pelajaran sering kali dipandang
sebagai sutu kejadian atau hal yang berdiri sendiri walaupun guru telah
berusaha menjelaskannya sebagai kelanjutan dari pelajaran sebelumnya. Apapun
yang menurut guru dianggap sudah jelas dan sangat erta kaitannya antara materi
satu dengan materi lainnya, tidak berarti otomatis semuanya akan jelas dan
dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini mungkin terjadi karena persepsi dan daya
ingat terhadap pengalaman yang telah lalu jauh berbeda dengan apa yang diterima
dari guru.
Metode
pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah, sehingga siswa
cenderung kurang aktif selama proses pembelajaran dan membuat siswa merasa
cepat bosan karena aktivitas siswa hanya mendengarkan penjelasan materi dari
guru dan mencatat materi pelajaran yang telah ditulis oleh guru di papan tulis.
Sedangkan media yang digunakan olehguru adalah papan tulis, guru menulis di papan
tulis materi pelajaran yang ada dibuku paket, kemudian siswa menyalinnya di
buku tulis.Dalam mencatat materipelajaran di papan tulis, guru tidak melibatkan
siswa, tidak ada komunikasi duaarah sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk
bereksplorasi danmengungkapkan pendapatnya.
Cara
belajar seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan lelah karena kegiatan mereka
hanyalah mencatat materi pelajaran yangcukup banyak, sehingga siswa cenderung
kurang memahami konsep materinya.Sebagai contoh pada materi sumber daya alam
dan persebarannya, siswa kurangmemahami makna belajar materi tersebut.Sebagian
besar siswa belum paham benar tentang materi tersebut karena pokok bahasan yang
dipelajari banyak.Materi sumber daya alam dan persebarannya adalah materi yang
membutuhkanpemahaman secara konkret tentang seluk beluk berbagai keanekaragaman
sumberdaya yang ada di Indonesia yang sebenarnya setiap hari telah siswa temui
dalamkehidupannya sehari–hari.Akan tetapi, guru cenderung mengajar
belummemberikan contoh konkret ke anak dan hanya dalam bentuk cerita,
tidakmengajak anak untuk membahas berbagai keanekaragaman sumber daya alamserta
persebarannya secara berkelompok. Guru sebagai pengajar danfasilitator yang
mampu melakukan pembelajaran menyenangkan sehingga akandiperoleh hasil yang
maksimal. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan siswadapat menggali dan
menemukan pokok materi secara bersama-sama dalamkelompok atau secara individu
karena pembelajaran kooperatif didasarkan padasuatu ide bahwa siswa bekerjasama
dalam belajar kelompok dan sekaligusmasing-masing bertanggung jawab pada
aktivitas belajar anggota kelompoknyasehingga seluruh anggota kelompok dapat
menguasai materi pelajaran denganbaik
Pelajaran IPA yang ditangkap oleh
anak, kadang-kadang mempunyai persepsi yang berbeda dengan tujuan yang
dimaksudkan oleh guru, walaupun menurut perasaan guru bahwa dia telah
merumuskan dan membuat tujuan yang jelas, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.Dari kondisidiatasanak akan
memperkirakan sendiri dari tujuan pelajaran tersebut karena tujuan yang
disampaikan guru merupakan tujuan yang tidak terjangkau oleh kemampuan anak,
dengan kata lain, guru menarik paksa pengalaman anak pada kemampuan dan
pengalaman guru yang jauh lebih tinggi. Ini disebabkan karena guru hanya
memberitahukan tujuan kegiatan di awal saja tanpa mengikuti perkembangan
jalannya kegiatan sampai anak-anak bisa menyelesaikannya.
Anak-anak sering tidak memahami apa
yang menjadi factor-factor penting dalam pelajaran IPA yang sedang dilakukan
dan kurang memberikan perhatian terhadap pengalaman dan kejadian konkret mereka
yang berhubungan dengan pelajaran IPA. Hal ini disebabkan karena kurangnya
dasar pengetahuan IPA yang jelas untuk mengantisipasi eksperimen meraka
lakukan.
Kegiatan anak dalam pelajaran IPA
lebih banyak ditentukan oleh panduan yang ada dalam lembaran kegiatan, dimana
kegiatan tersebut diarahkan kepada suatu hasil yang sesuai dengan tujuandari
kegiatan pelajaran tersebut. Misalnya anak-anak dalam satu kelompok belum tentu
secara merata akan memahami maksud atau tujuan kegiatannya, disebabkan
terjadinya perbedaan penafsiran dari masing-masing anak terhadap sesuatu yang
terkandung dalam petunjuk kegiatan. Ini berarti yang melakukan kegiatan
tersebut hanyalah gurunya, dan tidak memeberikan kesempatan kepada anak untuk
belajar.
Setelah pengajaran, pasti akan diadakan
suatu evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasipun masih banyak terjadi perbedaan
pemaknaan antara guru dengan siswa. Guru beranggapan dengan evaluasi yang dapat
diselesaikan dengan anak itu berarti bahwa anak sudah memahami betul dari apa
yang sudah diajarkan. Sedangkan menurut anak, mengerjakan evaluasi itu hanya
sekedar perintah guru saja, tanpa harus memahami jalan penyelesaian dan
pemahaman dari evaluai tersebut.
Pengetahuan anak-anak dan pengalaman
masa lalunya, dapat menyebabkan perbedaan perspektif terhadap kegiatan yang
diharapkan guru.Ini merupakan sesuatu yang sudah tidak aneh lagi jika banyak
pendapat dan perspektif baru, yang bersatu dalam banyak kegiatan. Kegiatan ini
dapat membawa nak-anak kedalam asosiasi yang berbeda-beda terhadap apa yang
disampaikan guru. Asosiasi tersebut dalam beberapa hal berpengaruh terhadap
pandangan pemikiran anak dan predeterminasi hasil yang diharapkan oleh guru.
Untuk mengurangi perbedaan tafsiran antara
anak dan guru ada hal yang perlu dicermati untuk dihadapi dan dicari
pemecahannya, yaitu :
1.
Tujuan yang telah ditentukan harus
menjadi tujuan murid itu sendiri
2.
Kegiatan yang telah dirancang harus
dapat dimengerti dan diterima oleh murid-murid
3.
Kesimpulan yang diperoleh siswa dihargai
dan diakui, didiskusikan dan dihubungkan dengan kesimpulan yang diharapkan guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar