Senin, 02 Januari 2017

Problematika Pengajaran Sastra Anak dan Remaja
            Banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran sastra anak dan sastra remaja di sekolah. Hingga saat ini masih terus terdengar yang menyatakan bahwa pengajaran sastra anak dan sastra remaja masih belum tepat sasaran.  khususnya pengajaran sastra anak dan sastra remaja dalam pengajaran bahasa sunda.
Kenapa ini bisa terjadi tenrnyata banyak hal yang meyebabkan hal itu terjadi yaitu :
Sistem pendidikan di Indonesia, belum menempatkan sastra sebagai bidang kajian yang penting dan berperan dalam perkembangan bangsa menuju masyarakat industri. Siswa lebih banyak diarahkan agar siap untuk menyambut derasnya perkembangan teknologi dan informasi, sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan fisik dianggap lebih penting dan utama. Sedikitnya perhatian terhadap sastra dan kebudayaan pada umumnya. Kenyataan pengajaran sastra Sunda sebagai pelajaran yang dianggap tidak penting, dapat dibuktikan dalam muatan pelajaran bahasa Sunda. Sastra “terselip” dalam buku pelajaran tersebut. Pada setiap bagian pelajaran tidak secara jelas dibahas sebagai materi sastra. Sastra disintesiskan dengan kegiatan menyimak dan membaca sebagai aktivitas reseptif siswa. Sastra disintesiskan juga dengan kegiatan berbicara dan menulis bagi siswa, yang merupakan aktivitas produktif mereka. Hal itu, menyebabkan kurang optimalnya pengajaran sastra di sekolah (Ampera. 2010 a:1).
            Ketidakpastian sastra dalam pelajaran bahasa Sunda, terbukti pula dengan tidak adanya ketegasan identitas pelajaran sastra. Buku-buku pelajaran selalu menampilkan “bahasa” sebagai label untuk menempatkannya sebagai bidang ilmu yang dipelajari di bangku sekolah. Berikut ini beragam judul buku yang menempatkan kerupawanan “bahasa”, yang sesungguhnya di dalamnya “terselip” sastra: Piwuruk Basa, Piwulang Basa, Penuntun Belajar Bahasa Sunda, Pelajaran Bahasa Sunda, Palajaran Basa Sunda, Banda Basa Sunda, dan Gapura Basa (Ampera. 2010a:2).
Erat terkait dengan permasalahan di atas, sastra anak dan sastra remaja berbahasa Sunda dalam diskriminasi. Pengajaran sastra yang tidak menempatkan materi sastra sesuai dengan kelompok umur pada setiap jenjang pendidikan, merupakan pendidikan yang tidak memanusiakan manusia. Dalam kesejarahan sastra, sastra anak dapat memberikan sumbangan penting bagi pertumbuhan anak karena dalam sastra anak terdapat nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya. O’Sullivan (2005: 13) menegaskan bahwa dalam kesejarahannya, sastra anak sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari sastra anak adalah pemahaman tentang kehidupan. Menurut Lukens (2003: 9) sastra menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca sebagai hiburan yang menyenangkan. Gambaran kehidupan yang ada dalam sastra dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang berbagai persoalan hidup. Melalui sastra, anak dapat memperoleh, mempelajari dan menanggapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan.
            Permasalahan pengajaran sastra Sunda di sekolah harus segera diatasi agar pengajaran sastra lebih optimal, sehingga dapat melahirkan siswa yang memiliki kecerdasan bersastra. Pelajaran sastra di sekolah harus ditempatkan pada kedudukan yang sesungguhnya dalam sistem pendidikan. Materi pembelajaran sastra harus disesuaikan dengan usia siswa, karena setiap kelompok usia memiliki kebutuhan untuk bersastra sesuai dengan pengalaman hidupnya. Langkah pengakraban siswa dengan karya sastra perlu terus dilakukan agar mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan mengkreasikan teks sastra sesuai dengan dunianya.
Melihat banyaknya manfaat yang diperoleh dari belajar sastra seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia menyadari betapa pentingnya bersastra, maka perlunya kerja sama antara orang tua, guru serta masyarakat agar penerus kita nantinya tidak lupa dengan budaya nya sendiri dengan cara mengajarkan sastra yang ada di Indonesia dimulai dari hal kecil yaitu dengan mengajarkan bahasa Daerahnya sendiri seperti jawa, sunda, dan sebagainya karena banyak anak – anak kita yang justru malu dengan bahasa nya sendiri dengan alasan ketinggalan jaman atau kuno.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar